[Dokumentasi Latber Terbuka Jateng -6, Banyumas, 28 Februari 2016]
Ayam pelung sudah menjadi salah satu hobi unggas yang cukup diminati.
Bunyi kokok yang panjang dengan interval naik turun, menjadi daya tarik
ayam asli Indonesia ini.
Ayam jenis ini berasal dari Cianjur, Jawa Barat dan sudah ada sejak abad
ke-16. Pada masa itu konon pelung menjadi klangenan dan banyak
dipelihara oleh bangsawan. Di Jawa Tengah, penggemar ayam ini cukup
banyak, seperti di Kota Semarang, Banyumas, Solo, dan daerah lainnya.
Bahkan, ada yang khusus menernakkan ayam ini. Karena banyaknya
penggemar, 2012 lalu beberapa penghobi kemudian membentuk komunitas
penggemar ayam pelung Jawa Tengah.
Komunitas ini menginduk pada Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung
Indonesia (Hippapi). Saat ini, anggota yang aktif tercatat sekitar 900
orang. Setiap tiga bulan sekali, komunitas ini menggelar latihan bersama
dengan berpindahpindah kabupaten/kota. “28 Februari lalu digelar di
Banyumas dengan peserta 90 ekor ayam. Ada penghobi dari Jawa Timur dan
Yogyakarta yang datang,” kata Sekretaris Jenderal Hippapi Jateng
Yudhistira Arbai kemarin. Yudhistira menerangkan, Hippapi memiliki dua
misi, yakni mengajak untuk menekuni hobi dan mendorong peternak
membudidayakan ayam sebanyak-banyaknya untuk memenuhi permintaan daging
masyarakat.
Untuk kebutuhan konsumsi, ayam pelung dinilai cocok karena memiliki
ukuran yang lebih besar dibandingkan ayam jawa dengan bobot 7 kilogram
(kg). “Jadi, ayam jago yang tidak memiliki suara bagus, bisa untuk
konsumsi. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng menantang kami
sekali panen 5.000 ekor, tapi itu belum bisa dipenuhi,” ungkapnya. Untuk
ayam juara, nilai jualnya sangat tinggi. Jika menjuarai kontes nasional
bisa menembus Rp70 juta dan minimal Rp5 juta.
Tapi jika ingin memelihara ayam ini, Yudhistira menyarankan agar tidak
sembarangan membeli bibit termasuk di pasar burung karena tidak ada
jaminan. Yudhistira merekomendasikan agar membeli bibit langsung dari
peternak yang tergabung di Hippapi karena galur trah ayam sudah jelas.
Biasanya peternak juga menggelar bursa jual-beli saat latihan bersama.
Rata-rata ayam berumur satu bulan dibanderol Rp100.000- Rp300.000 per
ekor. Ayam pelung bisa disilangkan dengan jenis lainnya, seperti ayam
ketawa yang memiliki fisik hampir mirip tapi ukurannya lebih kecil.
Persilangan ini yang akan menghasilkan suara pelung jadi rusak.
“Saat ini kemurnian gen pelung 85% karena banyak pemula yang tidak paham
sehingga sering disilangkan. Ciri-ciri ayam pelung yang bagus ini
bersuara empuk atau minimal kristal dan memiliki awalan, tengahan, dan
penutup yang bervariasi seperti kurva,” papar Yudhistira. Untuk
kejuaraan, Yudhistira mengungkapkan yang paling bergengsi adalah Java
Pelung Festival (JPF) yang digelar setiap Agustus.
Pada 2015 lalu tiga ayam dari Jateng berhasil masuk nominasi JPF, yakni
Rowo Bajul (peringkat 10) milik Yudhistira; Wisanggeni (18) milik Ali
Muazin, Mangkang, Semarang; dan juara penampilan milik Yahya dari Kudus.
Selain suara, kontes ayam ini juga mempertandingkan kelas penampilan
dengan penilaian warna dan bobot badan.
Arif Purniawan
Kota Semarang
Source :
Koran SINDO