Ayam Pelung adalah plasma nutfah asli Indonesia |
Bunikasih ,
nama salah satu Kampung di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Kampung
ini terletak di kaki Gunung Gede, dengan udara sejuk dan dikelilingi area
pesawahan yang luas serta di aliri sungai-sungai yang berair jernih. Sejak
Tahun 1700-an di Kampung ini terdapat Pesantren Bunikasih yang di pimpin oleh
KH Muhammad Soheh dan mempunyai Santri/Anak Didik dengan jumlah banyak yang
datang dari berbagai Daerah , terutama dari sekitar Cianjur, Jawa Tengah dan Daerah Banten untuk belajar dan menuntut
ilmu keagamaan . Sekitar tahun 1850-an , seorang Ulama dan ahli Kebathinan yang
bernama Mama Djarkasih ketika pergi keladang untuk bercocok tanam, beliau
menemukan seekor anak Ayam yang turundul (Berbulu Jarang). Kemudian, Beliau
menbawa dan memelihara Ayam tersebut . Setelah dewasa, Ayam ini ternyata
berbeda dengan Ayam kampung pada umumnya, yaitu bersuara sangat panjang dan
besar serta berirama merdu.
Banyak orang yang kagum pada suara dan
tubuhnya yang gagah tinggi besar. Mereka kemudian menyebutnya dengan sebutan
Ayam Pelung. Mama Djarkasih kemudian mengawinkan dengan ayam betina yang
berbadan besar agar ayam yang bersuara merdu ini mempunyai keturunan yang
unggul. Para Santri yang berasal dari Daerah lain setelah menyelesaikan
pendidikan di Pesantren Bunikasih itu banyak yang membawa keturunan kawinan
Ayam Pelung tersebut sebagai oleh-oleh ketika pulang ke Daerah masing-masing.
Karna suaranya yang panjang dan merdu, di sertai postur tubuh tinggi dan besar menyiratkan
sosok yang gagah, pada masa itu Ayam Pelung banyak di pelihara dan di jadikan
sebagai hewan kesayangan para Bangsawan, Pejabat dan ulama, bahkan dari tahun
ke tahun perkembangan dan penyebaran ayam pelung ini tidak terbatas pada
kalangan bangsawan saja namun di minati dan di pelihara oleh masyarakat
kebanyakan. Sejak saat itu selain di Cianjur, ayam pelung telah menyebar dan
berkembang ke daerah-daerah lain di Jawa Barat seperti Sukabumi, Bandung, Bogor, Garut,
Tasikmalaya, Majalengka, Sumedang, DKI Jakarta, Tanggerang dan Banten, Jawa
Tengah, Jawa Timur bahkan ke seluruh pelosok nusantara. Pada tahun 1976 atas
dorongan Bupati Cianjur saat itu Bapak Ir. H. Adjat Sudrajat Sudiraharja dan
kepala Dinas peternakan Cianjur Ir. H Dedi Sobandi beserta para tokoh ayam
pelung diantaranya H.Bustomi, H.Jaelani, H.Wasid, Anang Sungkawa, Mualim Dadang
dan tokoh lainnya mendirikan HIPPAP (Himpunan Peternak Penggemar Ayam Pelung)
di Cianjur. Organisasi ini bersipat lokal dan kegiatanya terbatas di lingkup
Cianjur merupakan cikal bakal terbuntuknya HIPPAPI.
Sesuai dengan perkembangannya yang pesat, pada
tahun 1992 atas prakarsa Prof.Dr.Ir.H Gunawan Satari, Msc. HIPPAPI Sebagai
organisasi dan wadah para peternak dan penggemar ayam pelung di cianjur,
berubah menjadi Himpunan Peternak Penggemar Ayam Pelung Indonesia (HIPPAPI)
Setelah berubah sekala organisasinya menjadi sekala Nasional yang di ikuti oleh
terbentuknya HIPPAPI Provinsi dan HIPPAPI kabupaten atau cabang.